Senin, 12 April 2010

MENYAJIKAN KAMPANYE BEDA

Kandidat Walikota dan Walikota di Jambi belakangan ini sedang berupaya mencari simpati masyarakat agar mereka dapat terpilih dalam Pilkada yang beberapa bulan lagi akan digelar. Ada calon Wako dan Wawako yang kehilangan akal, sehingga menyajikan bentuk-bentuk kampanye yang tidak mencerdaskan dan terkesan ikut-ikut, bahkan terkesan sedikit memberi tekanan. Jika kandidat ini menang tentu mencerminkan pencitraan kualitas demokrasi yang rendahan. Beberapa fakta beriktu menunjukkan (1) Apabila salah satu kandidat menggunakan media dangdut, maka kandidat lain ikut-ikutan mengadakan pendekatan dengan cara berdangdut ria bersama rakyat. (2) Jika ada kandidat mengadakan kunjungan ke mesjid sekaligus memberi sumbangan, maka calon yang lain juga ikut-ikutan demikian. (3) Jika ada kandidat melakukan gotong royong, maka kandidat yang lain tidak mau kalah melakukan kegiatan gotong royong. Kalau gotong dilakukan seperti membersihkan lingkungan, masih dianggap mendidik, karena mengajarkan masyarakat untuk membiasakan hidup dalam lingkungan yang bersih. Tapi kalau gotong royong melakukan pengecoran jalan ini masih diragukan kekuatan jalan yang dibuat, karena tidak dilakukan oleh orang profesional. (4) Apabila kandidat menggunakan vote getter yaitu mendatangkan tokoh-tokoh politik yang punya reputasi sebagai juru bicara, maka kandidat lain berupaya pula mendatangkan tokoh-tokoh politik yang sebagai juru kampanye. Padahal secara logika masyarakat bukan mau melihat kemampuan tokoh yang telah punya reputasi ini untuk berorasi, tetapi ingin melihat kemampuan kanditat berkomunikasi dan mengemukakan program-programnya jika ia terpilih. (5) Ada juga kandidat yang memberi penguatan dengan melalui visi dan program-program unggulan jika terpilih, misal akan menggratiskan pendidikan dan menggratiskan biaya pengobatan rumah sakit. Kita sudah bisa bayangkan jikapun ia menang, maka untuk merealisirkan terpaksa ala kadarnya, akibatnya kualitas program akan menimbulkan masalah. Bayangkan saja kalau semua digratiskan, tentu besar sekali subsidi yang diberikan untuk aspek-aspek tersebut. Dengan demikian aspek pembangunan idologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan bisa terabaikan karena tidak dapat membuat perimbangan secara proporsioanl. Ada juga yang berniat kurang baik dan tidak bermoral dengan dalih itukan hanya janji, masalah realisasi tergantung kondisi. (6) Ada juga yang menjanjikan hanya untuk segelintir kelompok/ kliknya.Ini dapat melukai hati rakyat kecil. Misalnya akan memberikan tunjangan daerah bagi PNS, dengan demikian aspirasi orang-orang yang seharusnya lebih urgent dan krusial serta mendapat perhatian utama tidak terakomodir secara baik.
Itu semua cerminan bahwa kualitas kampanye yang disajikan tidak mencerdaskan dan tidak memberikan solusi terhadap problematika yang dihadapi masyarakat. Mari belajar dari Barrack Obama berhasil menjadi kandidat partai Demokrat di Amerika Sarikat dengan mengalahkan saingan terberatnya Hilary Clinton, ia meyakinkan masyarakat dengan kemampuan komunikasinya dan dan program-programnya yang meyakinkan. Dapat pula belajar dari kemenangan Dede Yusuf sebagai Wakil Walikota dan pasangan Walikotanya pada pemilihan di Jawa Barat. Mereka mampu mengalah incumbent dan calon yang berasal militer. Berdasarkan data yang diperoleh ternyata pemilih kebanyakan berasal dari kalangan pengangguran. Artinya para penganggur minta diperhatikan agar mereka memperoleh pekerjaan.
Kampanye yang berorientasi Solusi.
Penulis menyarankan agar kampanye yang cerdas dan mempunyai nilai beda dengan program kandidat lain, maka berorientasilah terhadap solusi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Jika ini dapat diterapkan, maka fungsi artikulasi kepentingan dan agregasi kepentingan dapat diwujudkan oleh para kandidat. Jika solusi yang disajikan oleh satu kandidat mempunyai titik kelemahan, maka kandidat lain dapat menyempurnakan atau membuat tandingan solusi (yang tidak seharusnya sama terhadap solusi yang telah ditawarkan). Teknisnya adalah lakukan terlebih dahulu pendataan, apa yang diperlukan masyarakat kemudian cari solusinya bukan hanya dapat waktu sesaat, kalau perlu jangka menengah dan panjang.
Misalnya solusi mengatasi pengangguran yaitu menciptakan lapangan kerja degan memberikan pelatihan terlebih dahulu kepada para pengangguran , kemudian ditindak lanjuti dengan memberikan pekerjaan. Jadi buatlah program-program yang betul-betul-betul rasional/berdasarkan kebutuhan dan tidak muluk-muluk serta sulit penggapaiannya. Jika ini dilakukan, maka program beda yang ditawarkan partai akan mendapat tempat dihati masyarakat.
Beberapa Penawaran Lain dalam program Kampanye.
Untuk menyajikan program beda, maka terlebih dahulu para tim sukses harus dapat menangkap isu-isu krusial yang menjadi kebutuhan masyarakat Jambi. Beberapa Isu Lain yang perlu diperhatikan masyarakat Jambi sebagai berikut:
Pertama, menyikapi persoalan kelangkaan minyak dan global warming. Apa program-program kandidat jika menang nanti dalam mengatasi persoalan antri panjang setiap pembelian minyak, langkah-langkah efisiensi bagaimana yang perlu dilakukan sehingga masyarakat dalam melakukan penghematan dalam penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Demikian juga persoalan global warming, bagaimana menyadarkan masyarakat agar selalu melakukan kegiatan yang berorientasi terhadap keseimbangan lingkungan. Contoh sederhana menanam perpohonan di pekarangan dan tidak seluruh lapangan yang ada disemen atau di conblok, mencari solusi agar masyarakat mengurangi penggunaan plastik/pembakaran plasitik, ban, atau mengurangi menggunakan freon dan sebagainya.
Kedua, menjembatani ketimpangan antara ekonomi tradisional dengan ekonomi modern. Bagaimana ekonomi tradisional dapat eksis, bersaing dan semakin maju dengan menggunakan konsep-konsep modern. Misal memberikan fasilitas modal berupa uang bagi pelaku ekonomi tradisional yang potensial dengan bunga yang kecil atau dengan sewa yang relatif murah, sehingga usaha mereka dapat semakin berkembang dan tidak tergilas oleh usaha-usaha ekonomi modern yang lebih cenderung kepada modal intensif. Dapat pula dengan cara penerapan pola bapak angkat, dengan menggerakkan pengusaha yang berhasil untuk membina pengusaha-pengusaha kecil yang kurang modal atau menampung hasil-hasil pengusaha kecil kemudian memberikan sentuhan finishing yang punya standar jual.
Ketiga.Pemerataan kesempatan Menjadi PNS. Kandidat perlu menawarkan program memberikan kesempatan yang sama menjadi PNS, terutama putera daerah yang berhasil menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi ternama di luar Jambi. Hilangkan perlakuan yang sama mengenai persyaratan Indeks Prestasi bagi tamatan-tamatan dari luar. Tentu saja IPK mereka yang notabene tamatan UI, ITB, UGM, IPB UNDIP dan lain sebagainya tidak dapat disamakan dengan mereka yang bersasal dari tamatan lokal. Banding tamatan Universitas Negeri dan Swasta di Jambi dengan IPK 3, apakah sama kualitasnya dengan IPK 3 lulusan universitas ternama di luar daerah. IPK tamatan perguruan Tinggi luar yang ternama dengan IPK 2,5 saja belum tentu dapat diimbangan dengan IPK 2,75 tamatan lokal. Mereka tamatan dari luar jika diterima jadi PNS di propinsi dapat dimanfaatkan sebagai agent perubahan, karena ia mampu mengadopsi pengalaman di daerah lain untuk diterapkan di Jambi
Keempat. Pemerintahan kota perlu memperhatikan persoalan peningkatan mutu Pendidikan yang berkualitas di kota Jambi mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, terutama sekolah-sekolah yang berada di daerah marginal (perbatasan kota dan desa) yang sering kurang mendapat perhatian.
Kelima. Pemerintahan kota perlu pula mencari solusi bagaimana sekolah-sekolah Agama (Tsanawiyah, Aliyah) meningkat persentase kelulusannya dalam pelaksanaan Ujian Nasional. Apakah materi ujian untuk sekolah umum perlu dipisahkan dengan sekolah-sekolah agama. Dengan demikian disparitas kelulusan antara sekolah agama dan umum dapat dieliminir dan dihilangkan sama sekali. Demikian dulu issue-issue yang perlu dipertimbangkan kandidat dalam debat terbuka. Dan diharapkan isu pancingan ini makin berkembang untuk dapat mencari isu-isu lain yang dianggap krusial.
-----------------------------
Penulis, dosen PNSD dipekerjakan di Kopertis Wil. X (Sumbar, Riau, Jambi dan Kepri).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar